BMKG menyarankan agar orang tetap waspada saat menghadapi musim kemarau 2025, yang dimulai pada Mei.
March 13, 2025Menurut Badan Meteorologi, Klimatologi, dan Geofisika (BMKG), masyarakat dan berbagai sektor harus mempersiapkan diri untuk menghadapi musim kemarau yang diperkirakan akan mulai terjadi di beberapa wilayah Indonesia pada Mei 2025.
Dalam konferensi Pers Prediksi Musim Kemarau 2025 yang disiarkan secara online di Jakarta, Kamis, Kepala BMKG Dwikorita Karnawati mengatakan bahwa meskipun musim kemarau belum mulai, peringatan dini telah diberikan agar berbagai sektor dapat mempersiapkan diri menjelang Mei, dan puncak musim kemarau diperkirakan terjadi pada bulan Juni, Juli, dan Agustus.
Dwikorita menyatakan bahwa sejak Mei harus diwaspadai, sehingga sejak Maret ini diharapkan berbagai sektor menyesuaikan diri, seperti pertanian yang dapat mengatur jadwal tanam agar produktivitas tidak terganggu. Selain itu, sektor kebencanaan dapat mempersiapkan langkah mitigasi untuk mencegah kebakaran hutan dan lahan, terutama selama puncak kemarau dari Juni hingga Agustus.
Mengingat kemungkinan penurunan curah hujan di beberapa daerah, ia menekankan pentingnya menjaga sumber daya air. Tidak ada alasan untuk tidak mempersiapkan diri untuk musim kemarau selama hujan terus berlanjut.
Menurut BMKG, selama musim kemarau tahun 2025, curah hujan di seluruh Indonesia akan berubah.
Pada bulan April, rata-rata berada di kategori menengah-tinggi. Beberapa daerah di Jawa Barat, Jawa Tengah, NTT, Kalimantan Timur, Sulawesi Selatan, Papua Tengah, dan Papua Selatan diharapkan mengalami curah hujan yang sangat tinggi (lebih dari 500 mm per bulan).
Mei biasanya berada di kelas rendah-menengah. Beberapa daerah di Jawa Barat, Jawa Tengah, Kalimantan Barat, Kalimantan Tengah, Kalimantan Timur, Kalimantan Utara, Sulawesi Selatan, Sulawesi Tengah, Sulawesi Tenggara, Maluku, Papua Barat, Papua Tengah, dan Papua Selatan masih berpotensi mengalami curah hujan tinggi.
Dari Juni hingga Juli, sebagian besar zona musim di Indonesia diprediksi berada pada kategori rendah-menengah. Namun, curah hujan tinggi masih berpotensi terjadi di Maluku, Papua Barat, Papua Tengah, dan Papua Selatan.
Dalam waktu yang sama, BMKG memperkirakan bahwa pada bulan Juli, musim kemarau monsunal akan memasuki beberapa wilayah dengan intensitas yang lebih tinggi dan lebih luas daripada bulan sebelumnya. Diperkirakan bahwa wilayah Riau, Sumatera Selatan, Jambi, Sumatera Utara, dan Nusa Tenggara Timur memiliki peluang yang cukup besar untuk munculnya hotspot.
Dari akhir Juli hingga Agustus, kemungkinan karhutla meningkat di bagian selatan Sumatera dan di Kalimantan bagian selatan.
Untuk Agustus, diproyeksikan bahwa wilayah di Nusa Tenggara, sebagian kecil Jawa, dan bagian selatan Papua akan rawan karhutla. Namun, Sumatera Selatan akan memiliki wilayah dengan tingkat risiko tertinggi, sementara Riau akan tetap memiliki tingkat risiko tertinggi.
BMKG berharap informasi ini dapat menjadi panduan bagi masyarakat dan pemerintah daerah untuk mengambil tindakan pencegahan untuk mengurangi dampak musim kemarau terhadap kesejahteraan masyarakat, ekonomi, dan lingkungan.