Karena lokasinya di sepanjang garis khatulistiwa, iklim Indonesia sangat dipengaruhi oleh berbagai fenomena cuaca global. Akibatnya, Indonesia sering dilanda cuaca ekstrem, seperti hujan lebat yang tiba-tiba berubah menjadi panas. Angin Muson, El Niño, dan La Niña adalah tiga fenomena utama yang memengaruhi cuaca Indonesia. Fenomena ini berdampak besar pada cuaca, lingkungan, dan kehidupan sehari-hari orang Indonesia. Mari kita berbicara lebih dalam tentang ketiganya.

1. Angin Muson
Angin muson adalah fenomena angin musiman yang terjadi karena perbedaan tekanan udara antara daratan dan lautan. Dua jenis angin muson utama di Indonesia adalah Muson Barat dan Muson Timur, masing-masing bertanggung jawab atas pola hujan dan kemarau di seluruh negeri.
Muson Barat biasanya terjadi dari November hingga Maret. Angin ini membawa udara lembap dari Asia ke Australia, menyebabkan musim hujan di sebagian besar Indonesia. Saat ini, curah hujan meningkat di banyak tempat, terutama di wilayah barat Indonesia.
Muson Timur berlangsung antara bulan Mei hingga September, ketika angin berhembus dari Australia menuju Asia. Angin ini membawa udara kering dan menyebabkan terjadinya musim kemarau di beberapa wilayah Indonesia. Pada periode ini, wilayah tertentu, khususnya di wilayah timur Indonesia, sering mengalami kekeringan.
Karena pola cuaca yang ditimbulkannya dapat mempengaruhi hasil panen dan aktivitas nelayan, fenomena angin muson ini sangat penting bagi pertanian dan perikanan Indonesia.

2. El Niño
El Niño adalah fenomena yang dapat mempengaruhi cuaca di seluruh dunia, termasuk di Indonesia, dengan meningkatkan suhu permukaan laut di wilayah tengah dan timur Samudra Pasifik. Selama periode El Niño, Indonesia sering mengalami penurunan curah hujan yang signifikan, terutama di wilayah seperti Sumatra, Jawa, dan Kalimantan. Ini menyebabkan musim kemarau yang lebih panjang dan intens, yang meningkatkan risiko kekeringan dan kebakaran hutan. Pemanasan global yang disebabkan oleh El Niño memperburuk fenomena cuaca ekstrim ini, yang pada tahun-tahun tertentu dapat menyebabkan suhu udara yang lebih tinggi dari normal. Fenomena ini berdampak pada berbagai bidang, termasuk pertanian dan perikanan, serta kualitas udara di beberapa wilayah.

La Niña, di sisi lain, adalah fenomena yang berlawanan dengan El Niño yang menyebabkan suhu permukaan laut di Samudra Pasifik menurun. Ketika La Niña terjadi, Indonesia sering mengalami peningkatan curah hujan, terutama dari bulan September hingga November, di beberapa wilayah, seperti bagian timur Indonesia, yang bahkan mencapai tingkat curah hujan yang jauh lebih tinggi dari normal, yang dapat menyebabkan bencana alam seperti banjir dan tanah longsor. La Niña juga dapat menyebabkan musim hujan yang lebih panjang dan intens. Meskipun fenomena ini menyebabkan curah hujan yang bermanfaat bagi pertanian, curah hujan yang berlebihan juga dapat menyebabkan kerusakan pada infrastruktur dan mengganggu transportasi.


Leave a Reply

Your email address will not be published. Required fields are marked *