Gunung Semeru meletus dengan tinggi letusan 800 meter.

Pada Senin pagi, Gunung Semeru, yang terletak di perbatasan Kabupaten Lumajang dan Malang di Jawa Timur, meletus dengan tinggi letusan 800 meter di atas puncak Semeru (Mahameru). Dalam laporan tertulis yang diterima di Lumajang, Petugas Pos Pengamatan Gunung Semeru, Mukdas Sofian, menyatakan, “Terjadi erupsi Gunung Semeru pada hari ini pukul 05.41 WIB dengan tinggi kolom letusan teramati sekitar 800 meter di atas puncak atau 4.476 meter di atas permukaan laut (mdpl).”

Menurutnya, kolom abu berwarna putih hingga kelabu, dengan intensitas yang lebih besar ke arah utara. Erupsi dicatat pada seismograf dengan amplitudo maksimum 22 mm dan durasi 170 detik.

Sebelum itu, pukul 00.23 WIB, Gunung Semeru erupsi. Kolom letusan mencapai tinggi sekitar 600 meter di atas puncak, dan abunya sangat tebal ke arah utara. Dengan amplitudo maksimum 22 mm dan durasi 171 detik, erupsi itu tercatat di seismograf.

Gunung tertinggi di Pulau Jawa mengalami 57 gempa letusan/erupsi, dua gempa guguran, 12 gempa embusan, lima harmonik, dan tiga gempa tektonik jauh selama periode pengamatan gempa 24 jam yang dilakukan pada Minggu (6/4).

Ia mengatakan bahwa Pusat Vulkanologi dan Mitigasi Bencana Geologi (PVMBG) merekomendasikan beberapa hal tentang status waspada Gunung Semeru. Salah satunya adalah bahwa orang dilarang melakukan apa pun di wilayah tenggara sepanjang Besuk Kobokan, yang berjarak delapan kilometer dari pusat erupsi.

Masyarakat tidak boleh melakukan aktivitas pada jarak 500 meter dari tepi sungai (sempadan sungai) di Besuk Kobokan. Ini karena awan panas dan aliran lahar dapat muncul hingga 13 kilometer dari puncak.

Dia juga mengatakan bahwa masyarakat tidak boleh melakukan aktivitas dalam radius tiga kilometer dari kawah atau puncak Gunung Semeru karena rawan terhadap bahaya lontaran batu pijar.

Selain itu, masyarakat harus memperhatikan kemungkinan awan panas, guguran lava, dan lahar hujan di sepanjang aliran sungai dan lembah yang berhulu di puncak Gunung Semeru, terutama di sepanjang Besuk Kobokan, Besuk Bang, Besuk Kembar, dan Besuk Sat. Selain itu, masyarakat harus memperhatikan kemungkinan lahar di anak sungai kecil dari Besuk Kobokan.